Luhut Sebut Kereta Cepat Dilanjut sampai Surabaya, Pengamat: Kemungkinan Dikerjakan Cina Lagi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut kereta cepat akan dilanjutkan hingga Surabaya, Jawa Timur. Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Deddy Herlambang mengatakan kemungkinan proyek tersebut akan kembali dikerjakan oleh Cina.

Terutama jika proyek kereta cepat arah Surabaya tersebut dimulai dari Bandung. “Kalau dari Bandung ya pasti sama China lagi karena sarana dan prasarana sama,” ujar Deddy secara tertulis, Ahad, 25 Juni 2023.

Lebih lanjut, dia memperkirakan biaya proyek kereta cepat hingga Surabaya bisa mencapai 5 hingga 7 kali lipat dari biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

“Tapi kalau hard loan sangat berat, lebih baik dihindari,” saran Deddy.

Sebelumnya, Luhut mengatakan akan melapor ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai menjajal KCJB. “Nanti akan kami laporkan ke presiden, preliminary study untuk Bandung sampai ke Surabaya,” ujar dia di Stasiun Halim, Jakarta Timur, Kamis, 22 Juni 2023.-

Luhut juga mengatakan bahwa dalam proyek tersebut akan banyak penghematan karena adanya hilirisasi. Dengan begitu, berbagai material tidak perlu impor karena berasal dari dalam negeri.

“Saya kira ini akan membuat terobosan-terobosan baru di republik ini. Jadi membuat kita bisa nanti mengikuti Cina juga dari belakang, karena mereka sudah jauh lebih maju dari kita. Tapi mereka ingin share juga teknologinya pada kita,” tutur Luhut dilansir dari binamargadki

Luhut Singgung Kereta Cepat Lanjut ke Surabaya, MTI: Jakarta-Bandung Saja Berdarah-darah

Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menanggapi soal rencana proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan berlanjut ke Surabaya. Rencana tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan setelah menjajal KCJB beberapa hari lalu.

“Jakarta Bandung saja berdarah-darah bagaimana kalau nanti mau diperpanjang sampai Surabaya, pasti jauh lebih berdarah-darah,” ujar Aditya saat dihubungi pada Jumat, 23 Juni 2023.

Menurut Aditya, yang perlu diperhitungkan itu adalah kemampuan Indonesia dalam membangun kereta cepat hingga ke Surabaya. Mulai dari permintaan, kebutuhan, kondisi ekonomi makronya, produk domestik bruto (PDB), pergerakan mobilitas masyarakatnya, tata ruangnya, hingga komposisi modelnya seperti apa.

Selain itu, kata dia, pemerintah juga saat ini gencar membangun jalan tol hingga bandara kecil di wilayah Jawa. Jika nanti membangun juga kereta cepat ke Surabaya, Aditya mempertanyakan soal optimalisasi penggunaan sepur kilat itu.

“Pemikirannya harus cermat dan panjang. Tapi memang Jakarta-Bandung sebetulnya tidak efektif kalau melayani hanya di daerah itu,” tutur Aditya. Karena hanya beroperasi dengan jarak 142 kilometer.

“Pertanyaannya kenapa? Karena satu kecepatan maksimal itu sulit ditempuh karena kalau itu harus berhenti di beberapa stasiun.”

Selain itu, jika hanya Jakarta-Bandung efek terhadap memunculkan wilayah pertumbuhan ekonomi baru hanya mengikuti seberapa jarak jalurnya. Sebetulnya, kata Aditya, kereta cepat yang kompetitif itu rang jaraknya antara 200-800 kilometer.

Menurut dia, jika jaraknya di bawah 200 kilometer, masih bersaing dengan kendaraan transportasi darat berbasis jalan tol. Sementara, jika jaraknya di atas 800 kilometer, akan kalah bersaing dengan moda transportasi udara, pesawat.

“Sehingga kalau kereta cepat hanya beroperasi di Jakarta-Bandung itu sebetulnya satu tidak optimal, dua enggak sustainable, sulit untuk berkelanjutan,” tutur dia.